Highly Unlikely
Pengarang: Aghnia Sofyan
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Terbit Buku: 29 April 2024
Tebal Buku: 256 halaman
Baca di Gramedia Digital
Rating: ⭐⭐⭐⭐⭐
Anak perempuan pertama. Status itu jadi beban buat Raya karena ia punya adik super pemalas dan Mama yang melimpahkan semua tugas padanya, termasuk memilah sampah dan mengompos di rumah. Belum lagi, Raya yang mengincar nilai A di kampus harus satu grup dengan Bergas, food vlogger sok sibuk yang suka ghosting saat kerja kelompok. Ia harus "menggendong" pekerjaan Bergas selama satu semester kuliah daring. Apakah kehadiran Bergas akan membuat Raya gila, atau justru membuat jantung Raya berdebar di luar prediksinya? That seems highly unlikely!
Kuliah itu jangan cari nilai, karena yang paling penting itu justru pelajaran yang kita dapat selama menjalani proses.
Semenjak pandemi covid, orang-orang mulai harus beradaptasi dengan kenormalan baru. Semua kegiatan yang mulanya bertemu dengan banyak orang, kini berubah menjadi serba daringーbertatap muka via gawai. Termasuk kegiatan perkuliahan Raya Kamelia. Di semester ketiganya, Raya mendapat tugas kelompok untuk mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi bersama Yvonne, Kamal, dan Bergasーfood vlogger populer sok sibuk. Raya senang bisa sekelompok dengan dua sahabatnya itu, tapi tidak dengan Bergas. Mengingat dahulu saat sekelompok di matkul Filsafat Komunikasi, Bergas sering lalai dan terlambat ikut kerja kelompok. Raya tidak mau "menggendong" tanggungjawab Bergas kali ini.
Mungkin bukan posisi gue ngomong gini, Ray, tapi menurut gue nggak apa-apa kalau kita belum tahu masa depan kita akan gimana. Banyak orang yang baru ketemu passion mereka di usia senja. Santai aja, Ray. Nikmatin prosesnya.
Meski demikian, Raya berusaha tidak memperlihatkan ketidaksukaannya di depan Bergas. Raya justru berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan berbagai hal agar tugas Metopen-nya berjalan baik. Dimulai dari mengajak diskusi ketiga temannya untuk menentukan tema dan berbagi tanggungjawab. Beberapa kali membahas tugas secara daring dan bertatap muka langsung perlahan-lahan ternyata mengubah penilaian Raya terhadap Bergas.
Buku Highly Unlikely adalah karya pertama Kak Aghnia yang aku baca dan ternyata aku langsung suka! Suprisingly, aku jatuh cinta dengan gaya kepenulisannya. Mulanya aku sempat melihat konten soal buku ini di Instagram, dan beberapa minggu kemudian aku sempat lupa. Saat membaca deskripsinya di Gramedia Digital, aku baru teringat soal buku ini. Dengan semangat aku masukkan ke daftar bacaanku. Keputusanku tidak salah, Highly Unlikely seakan memberiku udara segar di tengah gempuran pekerjaan dan reading slump-ku yang tidak selesai-selesai itu.
Sejak bab pertama, buku ini memang fokus pada Raya yang harus satu kelompok dengan Bergas selama satu semester. Ketidaksukaan Raya terhadap Bergas bukan yang sampai benci mendarah daging, tapi lebih pada perasaan jengkel ke tipe teman free rider di kelas. Selain konflik soal teman kuliah, penulis juga mengangkat isu keluarga, persahabatan, dan lingkungan. Fokus utamanya lebih kepada masalah keluarga yaitu Raya yang sering diberi tanggungjawab dan tuntutan lebih dalam hal apapun, baik urusan pekerjaan rumah dan perkuliahan karena ia anak pertama. Hal tersebut sering membuat Raya jadi keras terhadap diri sendiri dan sulit mempercayai orang lain. Sebagai anak pertama rasanya aku bisa paham dan berempati dengan yang dialami Raya. Aku merasa terharu saat Raya akhirnya berani mengungkapkan perasaan yang membebaninya selama ini. Kata-kata yang diucapkan Raya memang terdengar menyakitkan, tapi hal itu justru membuat Raya dan keluarganya bisa lebih terbuka dan saling memahami perasaan masing-masing.
Believing in someone is scary. But maybe, sometimes it's worth taking the risk.
Persahabatan antara Raya, Popon, dan Kamal turut membuat hatiku menghangat. Popon sebagai sahabat dekat Raya selalu ada untuknya dan berani memberinya kritik yang membangun. Termasuk mengajarkan Raya untuk lebih berani percaya kepada orang lain karena Raya sudah terlalu sering membebani dirinya sendiri. Aku juga suka dengan interaksi Raya dan Bergas yang semakin diikuti, makin membuatku senyum-senyum sendiri. Their chemistry is chemistring. Hubungan mereka mulanya biasa saja, tapi seiring berjalannya waktu Raya dan Bergas have a thing on each other. Rasanya aku jadi gemas sendiri membaca kalimat flirty-nya Bergas. "Nggak kayak, lo. I am not okay with that" Awww! 😌🖐️ Jangan tanya berapa kali aku bilang adegan Raya & Bagas manis banget. Trope enemy-to-lover memang tidak pernah salah 😉
Oh iya, di tengah konflik utama, penulis menyisipkan beberapa topik menjaga lingkungan, seluk beluk Youtuber, dan kasus pelecehan seksual untuk melengkapi cerita. Informasi seputar membuat pupuk kompos memang cukup mendominasi, tapi menurutku tidak sampai merusak jalan cerita. Penjelasan soal komposnya yang mudah dipahami itu bikin aku pengin buat juga. Aku suka sisipan infografis cara membuat bioporinya! Setting waktu saat Covid-19 mengingatkan aku akan masa-masa hidup terasa lambat dan dipenuhi kecemasan. Apa yang membuat Raya selalu taat protokol kesehatan sangat relateable karena perasaan khawatir saat mendengar kabar kematian bahkan suara sirene mobil ambulan sempat aku rasakan juga.
Secara keseluruhan aku sangat menikmati penulisan Kak Aghnia yang sederhana dan mengalir, serta isu-isu penting yang diangkat ke dalam buku. Ceritanya yang diakhiri dengan cukup manis berhasil memberiku pengalaman membaca yang menyenangkan. Kalau boleh minta, ceritanya dibuat agak lebih panjang lagi. Aku masih belum puas dengan masalah keluarganya Bergas. Aku ingin tahu apakah seberjalannya waktu keluarga Bergas akan mengakui pencapaiannya 😌.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar