07 August 2016

Manga Review: BORDER, Volume 4 by Kazuki Kaneshiro (Story) & Yua Kotegawa (Comic)


BORDER #04 [End]
by Kazuki Kaneshiro (Story) and Yua Kotegawa (Comic)
Penerbit: m&c!
Tebal: 176 halaman
Tahun terbit: 2016
Rating: 3 of 5 stars
  Apa kau pernah memikirkannya? Banyaknya ibu tunggal menunjukkan banyaknya pria yang membuang anak istrinya. Ada juga pria yang dibuang anak istrinya, sih. Belum termasuk janda yang ditinggal mati. Ini dunia yang menjijikan aku ingin segera lenyap dari sini.
Para polisi sedang berada di sebuah TKP ditemukannya seorang laki-laki tewas tertembak-mantan detektif polisi. Inspektur Higa mengidentifikasi luka tembak di tubuh korban. Menurutnya, korban ditembak dalam keadaan berdiri oleh seseorang yang berbadan lebih pendek. Detektif Ichibana menduga pelaku penembakan adalah gadis bernama Mirei yang terjerat kasus sebelumnya. Pak Ichikura menyuruh Tachibana dan Ishikawa untuk tidak ikut campur dalam kasus ini karena tim sudah dilepas dari tugas pencarian gadis tersebut. Sementara itu, polisi magang Haruna yang tertembak saat menjaga pelaku penembakan, belum juga siuman.
Aku tidak pernah lihat perempuan yang menjual tubuhnya karena dia suka. Dunia ini memang neraka, ya.
Di saat Ishikawa sendirian ia mendengar gumaman seseorang--arwah korban penembakan. Dengan kemampuan spesialnya, Ishikawa bisa melihat penampakan arwah itu kemudian menanyainya beberapa hal termasuk kemungkinan seorang gadis yang telah membunuhnya. Arwah itu tidak menjawab, malah teralihkan oleh kedatangan Inspektur Higa yang ingin berbicara empat mata dengan Ishikawa mengenai kondisi tubuhnya pascapenembakan yang membuat sebuah peluru bersarang di kepalanya. 
BORDER versi Live Action. Staring by Shun Oguri

Meskipun Ishikawa sudah dilepas dari kasus ini ia tetap berusaha mencari keberadaan si pelaku tanpa sepengetahuan Pak Ichibana. Dalam pencarian si pelaku, Ishikawa dibantu oleh teman informannya yang pandai TIK dan cerita kronologis dari arwah korban. 
Benar, bunuh saja dia. Hidupmu tidak akan jadi sia-sia. Toh, kau akan mati. Iya, kan?
Agaknya chapter terakhir ini sulit dipahami buatku. Di sini Ishikawa dan teman-teman dibuat bingung dengan hilangnya si pelaku penembakan-yang pada capter sebelumnya sudah tertangkap, tetapi berhasil lolos setelah merebut dan menembakkan pistol ke arah Haruna. Pelakunya adalah Mirei yang menurutku dia agak creepy; berani tinggal berdua bersama kakek-kakek yang sudah meninggal. Maksudku, itu ngeri. Perbuatan gadis itu dilatarbelakangi adanya kekerasan dalam rumah tangga. Mirei sering disiksa ayahnya; ibunya hanya menurut perkataan ayah-hanya diam saja. Ketika ayahnya meninggal ia tidak punya tempat untuk melampiaskan amarahnya. Nah, dari situ aku tahu menjalin hubungan orang tua dan anak yang baik itu penting. Ketika anak melakukan kesalahan atau orang tua sedang marah, pantasnya tidak dilampiaskan ke anak. Anak jangan pernah dikasari karena berdasar informasi yang aku baca justru membuat anak jadi keras kepala dan suka melanggar aturan cmwii. Penangkapan pelaku tidak cukup menarik. Aku pikir si Mirei yang psikopat itu akan bertindak lebih diluar dugaan tapi malah mudah sekali ditangkap. Serasa ada plot yang kurang dilengkapi. Aku salut dengan perjuangan Ishikawa untuk menegakkan kebenaran walaupun ia tahu akan mati dan kesal karena Mirei telah mencelakakan partnernya, ia tetap bertindak tegas seperti yang seharusnya polisi lakukan. :))

Di pertengahan cerita lebih fokus pada kemungkinan hidup atau matinya Ishikawa. Karena peluru yang bersarang di kepalanya itu membuatnya tetap mati. Operasi ataupun tidak. Ada sedikit twist yang dibuat oleh pengarang, cukup berhasil membawaku ke arah kemungkinan 'itu' tapi ternyata dugaanku salah. Lumayan sih. Tapi plot twistnya begitu saja. Kesannya datar dan mengambang. Mungkin ceritanya perlu dibuat panjang sedikit.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...