Oh, My Baby Blue
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit Buku: 10 November 2021
Tebal Buku: 394 halaman
Rating: ⭐⭐⭐⭐½
Kenapa selalu ibu yang dituntut harus sempurna? Kenapa bapaknya nggak? Kenapa ibu harus paham merawat anak saja? Kenapa bapaknya nggak?
Menjadi ibu itu sebuah pengorbanan, Kayla. Dari mulai kamu hamil, melahirkan, sampai membesarkan dia hingga mandiri, kamu akan kehilangan banyak waktu bersenang-senang dan mengesampingan seluruh ego kamu.9
Baca buku ini rasanya jadi sedikit banyak tahu rasanya menjadi ibu. Pengalaman terakhirku dengan bayi adalah saat ibuku mengandung adikku dan melahirkannya. Saat ibuku mengandung, aku sering melihat ibuku kesusahan jalan karena keberatan adik bayi. Lalu, saat adikku lahir, aku melihat wajah lelah ibu setelah berjuang melahirkan adikku itu. Ibuku kelihatan lemas dan tidak bisa bergerak banyak. Tapi, kata ibu, pengalaman beliau melahirkan aku lebih penuh perjuangan daripada sewaktu adik lahir.
Hanya itulah pengalaman tentang ibu yang aku tahu. Namun, saat membaca buku ini aku jadi menyadari banyak hal yang dikorbankan perempuan saat menjadi seorang Ibu. Buku ini mengisahkan Kayla Natasha, seorang penulis dan motivator remaja yang sedang naik daun. Di puncak karirnya, ia sering datang mengisi seminar di sekolah dan instansi lainnya. Suatu hari, ia mendapat kesempatan untuk tampil di talk show presenter terkenal se-Indonesia. Itu adalah kesempatan emas yang harus ia perjuangkan demi karirnya. Namun, kesempatan itu sirna setelah ia dinyatakan telah hamil 3 minggu.
Kupikir aku akan terbiasa dengan rutinitas menjadi ibu, nyatanya aku merasa ada yang tercerabut dari jiwaku. Passion, cita-cita, big dream, nonsense.
Selama trimester awal, Kayla mengalami mual-mual hebat tiap mencium bau makanan dan terpaksa tirah baring sebulan. Akibatnya semua tawaran pekerjaan terpaksa dibatalkan dan dialihkan kepada saingannya, Anggita. Kayla pun tidak ada pendapatan dan hanya mengandalkan pendapatan suaminya, Samadi. Pascamelahirkan, tingkat stres Kayla semakin menjadi tatkala menghadapi omongan sekitar dan keluarga yang kerap mengkritiknya.
Buku ini tidak sekadar membahas peran baru dan keseharian Kayla dan Sam sebagai ibu dan ayah, tetapi juga proses kehamilan hingga persalinan. Permasalahan yang diangkat di buku ini cukup dekat dan sering dialami banyak orang di dunia nyata. Seperti perdebatan pendapat melahirkan secara normal vs secara caesar dan body shaming terhadap ibu yang baru saja melahirkan.
Saat membaca bab-bab awalnya, aku merasa agak bosan karena konfliknya masih seputar Kayla yang mengeluh soal karir dan morning sickness-nya. Di pertengahan ke belakang, ceritanya semakin seru diikuti ketika Kayla terdiagnona mengalami baby blues hingga post partum depression (PPD). Meski begitu, novel ini cukup page turner karena dibawakan dengan gaya bahasa yang lucu dan sederhana. Hal-hal yang bisa aku pelajari dari buku ini adalah tidak melakukan mom shaming dan baby shaming kepada ibu-ibu yang baru melahirkan, tidak membandingkan pengalaman kehamilan ibu satu dengan yang lain, dan menormalisasi pergi ke psikolog ketika mental sedang tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar