28 Mei 2021

Book Review: Montir Hati by Alnira

Montir Hati
Oleh: Alnira
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: April 2020
Tebal Buku: 328 halaman
Rating: 2 of 5 stars
Baca di Gramedia Digital
Kenapa nggak nyoba dulu? Nggak semua hal akan berakhir sama, kan'? Kalau nggak berani mencoba, gimana kamu mau tahu hasilnya baik atau buruk?
Meisya Kinanti sudah enam bulan ini menjalani tugasnya sebagai Account Officer di Bank Utama. Sebelumnya ia menjabat sebagai customer service di tempat yang sama. Bekerja sebagai Account Office mengharuskan Meisya sering berurusan dengan nasabah bank dan mencapai target bulanan. Meisya pribadi sangat menyukai pekerjaannya saat ini karena ia merasa lebih tertantang dan jam kerjanya juga fleksibel. Suatu hari sahabat kakaknya bernama Barra Pramudiaji membutuhkan bantuannya untuk mendapatkan pinjaman Kredit Modal Kerja. Barra adalah pengusaha di bidang otomotif yang berencana membangun usaha baru. Meisya pun mendatangi bengkel milik teman kakaknya itu. Kesan pertama Meisya ketika melihat Barra adalah laki-laki itu terlihat seksi dengan rahang yang tegas dan dada yang bidang. Mudahnya, Meisya terpesona dengan Barra.
Maaf kalau aku nggak bisa bilang cinta secara langsung ke kamu. Setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk mencintai. Dan ini caraku mencintaimu, dengan berusaha menjaga kamu dan memastikan kamu nyaman di sisiku. 
Ini pertama kalinya Meisya yang terpesona lebih dulu dengan lawan jenis. Padahal biasanya ia yang sering membuat para laki-laki terpesona dan tertarik memilikinya. Meisya tidak melihat ada tanda-tanda ketertarikan di mata Barra saat berbicara kepadanya. Barra bahkan terkesan cuek dan dingin. Sikap cuek Barra tidak menyurutkan semangat Meisya mengejar cinta Barra. Salah satunya dengan meminta kakak kembarnya, Kamal dan Kamil membantunya melakukan usaha PDKT dengan Barra. Apakah Meisya berhasil?

Sebelum membaca buku ini, aku sudah mengetahui sedikit isi bab awal Montir Hati lebih dulu lewat Wattpad. Maka dari itu, saat tahu cerita ini sudah diterbitkan, aku nggak sabar untuk tahu kelanjutannya. Beruntung, novel ini sudah tersedia di Gramedia Digital. Dilihat dari cover bukunya mengingatkanku pada novel Dunia Nadhira yang karakter utamanya adalah sahabat Meisya. Bab pembukanya diawali dengan pengenalan tokoh Barra dan Meisya yang mulai terpesona dengannya. Sikap Meisya yang ceplas ceplos, percaya diri, dan kelewat mesum saat memikirkan Barra memberikan kesan berbeda dari tokoh perempuan di novel-novel yang pernah aku baca. Buatku bab pertama novel ini benar-benar page turner---berhasil membuatku ingin segera membalik halaman berikutnya.
Dalam sebuah hubungan itu harus ada kepercayaan. Aku tahu kamu pernah gagal, tapi bukan berarti kegagalan itu bikin kamu bisa memukul rata semuanya.
Namun, setelah kejadian Meisya ditolak Barra dan pertemuan Meisya dengan Nadhira, ceritanya mulai bikin turn off. Adegan Nadhira yang memberi nasehat Meisya mengandung nuansa agamis yang kental membuatku mempertanyakan genre novel ini mau diarahkan ke mana. Adegan selanjutnya diceritakan sepulang dari pertemuan itu, Meisya seakan-akan mendapat siraman ilahi--Meisya segera bertobat, mencoba sholat 5 waktu agar dapat jodoh yang baik sesuai nasehat Nadhira. Perubahan rajin sholatnya sama sekali nggak ada pengaruhnya dalam perkembangan karakter si Meisya. Pada beberapa bagian di mana aku merasa sikap mesumnya Meisya ini liar banget dan membuatku menyerngit ewh gitu 😅

Aku menemukan ketidakkonsistenan penulis dalam menggambarkan Barra. Di awal Barra disebut nggak mau menjalin hubungan lebih dulu. Tetapi, pasca Meisya ditolak olehnya, Barra malah menyesal dan tiba-tiba melakukan PDKT: sering antar-jemput Meisya dan mengajaknya makan siang. Interaksi Meisya dan Barra dibuat instan dan prosesnya terlalu cepat. Aku nggak merasakan adanya chemistry yang terbangun di antara kedua tokoh. Motif perubahan sikap Barra ke Meisya pun kurang kuat. Aku justru menyukai interaksi dan hubungan Meisya dengan kakak kembarnya, Kamal dan Kamil. Kedua kakaknya itu kelihatannya cuek dan iseng, tapi sebetulnya perhatian dan protektif terhadap Meisya. Contohnya Kamil membantu usaha PDKTnya Meisya dan dia ikutan marah ketika Barra melukai hati adiknya.
Lo tahu kan risiko pacaran sama adik sahabat lo sendiri? Ketika lo nyakitin adiknya, lo bukan hanua berhubungan sama dia, tapi juga kakaknya!
Di dalam novel ini terlalu banyak konflik yang muncul, saling bertumpuk, dan penyelesaiannya cenderung mudah. Salah satunya saat Meisya sengaja menjauhi Barra sejak ia memergoki Barra bertemu mantan istri. Belum usai konflik salah paham itu, penulis menghadirkan konflik baru: Meisya mengalami sakit perut saat menstruasi, yang ternyata adalah miom. Pada usaha kesekian kalinya Barra mendatangi Meisya untuk menyelesaikan masalah di antara mereka, Meisya tiba-tiba mengalihkan fokus konflik ke dirinya bahwa ia nggak akan bisa memberikan keturunan. Penjelasan soal pertemuan Barra dan Wulan (mantan istrinya) hilang begitu saja. Ada pula konflik yang menjadi plot hole di novel ini, yaitu saat Rika dipanggil jalang oleh seorang ibu-ibu nasabah. Nggak ada penjelasan lebih lanjut alasan si ibu memanggil Rika seperti itu. Seakan konflik ini sengaja dibuat untuk menciptakan adegan Barra yang berusaha perhatian terhadap Meisya. Jujur, selama mengikuti konflik ini aku nggak berempati dengan yang dialami Meisya. Sifat Meisya saat menghadapi masalah terlihat kekanak-kanakan. Selain itu, ada tokoh Wulan yang muncul sekali aja, cuma memicu konflik, lalu hilang keberadaannya. Namanya aja yang sering diungkit. Terakhir (karena sudah terlalu panjang reviewnya), aku sampai bab belakang belum menemukan jawaban atas pernyataan Barra soal kehilangan kebebasan. Aku nggak tau sikap atau latar belakang Barra manakah yang bisa membuat Meisya kehilangan kebebasannya.

Di sisi lain, novel ini sedikit banyak memberikan informasi pentingnya peduli dengan kesehatan--untuk segera memeriksakan diri saat merasakan sakit. Terlebih bagi perempuan yang mengalami sakit hebat ketika menstruasi perlu segera ke dokter karena bisa jadi ada penyakit di dalam organ kelamin. Selain itu, melalui percakapan dan kehidupan para tokohnya aku bisa mengetahui gambaran kehidupan rumah tangga yang ada pasang surutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...