15 Agustus 2020

Book Review: Nagra & Aru by Inggrid Sonya dan Jenny Thalia

Nagra & Aru
Penulis: Inggrid Sonya & Jenny Thalia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Januari 2019
Tebal Buku: 360 halaman
Rating: 3 of 5 stars
Baca di Gramedia Digital
Meski gue nggak suka sama dia, gue merasa nggak punya hak buat nyuruh-nyuruh dia berhenti suka sama gue.
Ini adalah kisah perjuangan Aurora Sativa dalam mendapatkan cinta Nagra Sahendra. Bermula saat acara MOS SMA Grafika, Aru yang baru saja istirahat sedang menikmati jajanan kantin bersama teman-teman barunya. Aru dari kejauhan melihat seorang cowok, Nagra yang tampak menarik sedang mengunyah es batu. Dengan percaya diri, Aru mendekati dan langsung memperkenalkan diri. Pada saat itu juga Aru menyatakan rasa sukanya kepada Nagra, sekaligus memuji kegantengan Nagra yang sedang mengunyah es batu.
Berhenti, Ru. Nggak ada rasa suka yang cuma nyiksa diri sendiri.
Ketika seseorang pergi, hal-hal kecil pun selalu berhasil mengingatkan kita pada orang tersebut.
Pada hari pertama masuk ajaran baru, Aru senang bukan main bisa sekelas lagi dengan Nagra di kelas 11 IPS 3. Seperti biasanya, Aru gencar melancarkan segala strateginya untuk mencuri hati Nagra dengan mengajak ngobrol soal drama Korea, webtoon, bahkan memberi Nagra rayuan gombal yang alay bin norak. Nagra yang sering dijadikan objek gombalan hanya menanggapi seadanya. Aru hanya dianggap teman sekelas biasa sekaligus pengganggu kehidupan SMA-nya Nagra.
Apakah Aru berhasil merebut hati Nagra?
Mungkin benar, aku suka dia habis-habisan sampai babak belur kemudian berusaha sembuh, tapi lebam itu masih ada. Dan tidak akan bisa sembuh karena perasaan itu bahkan setelah dihancurkan berkali-kali--masih ada.

Pertama kali melihat buku ini aku tertarik dengan cover bukunya yang eye catching--terlihat aestetik. Di kover tersebut ada Nagra yang jakung dan Aru yang bertubuh pendek dan berambut bob. Seperti novel teenlit lainnya, Nagra dan Aru mengisahkan kehidupan anak SMA yang dikemas dengan ringan. Novel ini mengingatkanku tentang kehidupan semasa SMA: mencontek, membolos, jajan waktu kelas kosong, dan naksir-naksir temen sekelas ahaha.

Jangan cari cara supaya terbiasa disakiti. Kita cuma perlu cari cara buat tetap bertahan sesering apapun kita disakitin.
Karakter utama di novel ini adalah Aru yang karakternya jarang ditemui di novel-novel lain. Aru digambarkan sebagai cewek yang menyukai drama Korea, Webtoon, dan memiliki sifat gigih dalam mengejar cinta Nagra. Hal ini mematahkan aturan 'cewek harus dikejar, bukan mengejar; cewek harus menunggu'.  Ada pula Nagra yang meskipun suka mempermainkan hati para perempuan (punya banyak gebetan), tapi dia berusaha untuk mengerti perasaan Aru kepadanya. Setiap tokohnya memiliki hubungan yang erat dan tingkah receh mereka juga menghibur.

Novel ini menggunakan dua sudut pandang orang pertama yaitu Aru dan Nagra secara bergantian setiap babnya. Kilas balik yang diceritakan menurut sudut pandang Aru & Nagra sering diulang-ulang sehingga terasa membosankan dan beberapa sering aku lewati.
"Sarangheyo, Nagra!"
"Saranghamnida, Nagra!"
Segala macam sarang burung yang dia bilang, gue sampai hafal.
Konflik utamanya adalah Aru yang berusaha payah mendapatkan hari Nagra, sedangkan Nagra selalu menolak perasaannya. Pada halaman-halaman awal, alur konfliknya berjalan cukup lambat. Namun, mendekati akhir cerita, alur ceritanya terasa dipercepat. Kisah cinta Nagra dan Aru ini diceritakan dalam timeline yang cukup panjang yaitu 10 tahun; sejak SMA kelas 1 sampai mereka berkarir. Aku tidak merasakan perubahan sikap para tokohnya ketika kuliah sampai berkarir. Di dalam novel ini juga terdapat konflik lain yang melibatkan Nagra, Igo dan Wira (preman sekolah). Sayangnya, konflik ini seakan dipaksa selesai dengan cepat dan nanggung. Mendekati bab terakhir, kolaborasi dua penulis ini berhasil membuatku sedih & hanyut ke dalam pertemuan pertama Nagra & Aru ketika sudah dewasa. M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...