Assassination Classroom #09
Pengarang: Yusei Matsui
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 192 halaman
Rating: 5 of 5 stars
Kita mengejar orang yang kita kagumi sambil melewati orang-orang yang tidak ingin kita tiru. Mungkin dengan melakukannya berulang-ulang seperti inilah yang disebut "menjadi dewasa".
Nagisa benar-benar marah saat Takaoka menghancurkan obat penyembuh virus yang dijanjikan sebelumnya. Nagisa yang sedang benar-benar marah itu mengagetkan teman-temannya; Nagisa mengacungkan pisau untuk menghadapi Takaoka. Koro-sensei pun berusaha menenangkan dia, memintanya untuk tetap berkepala dingin. Percuma juga membunuh Takaoka karena itu hanya akan membuat Nagisa menjadi pembunuh dan itu merugikannya. Terasaka melemparkan senjata kejut ke arah Nagisa lalu menyadarkannya dengan nada tegas tak terelakan padahal ia sedang demam tinggi akibat terpapar virus.
Orang yang tidak diwaspadai dan tidak menakutkan justru sebenarnya adalah orang yang paling menakutkan.
Nagisa mengambil alat kejut itu, disimpannya di dalam kantong celananya. Ia pun bertarung dengan Takaoka menggunakan sebuah pisau. Melawan Takaoka tidaklah mudah. Badannya yang besar, kekar, teknik bertarung yang hebat dan pengalamannya sebagai pasukan elite membuat Nagisa kewalahan. Ia selalu terkena serangan Takaoka, tanpa bisa membalas. Melihat Nagisa tak berdaya, Pak Karasuma dari bawah helipad mengarahkan moncong pistolnya ke arah Takaoka; Terasakan menghentikan tindakannya tersebut. Terasaka yakin Nagisa bisa mengalahkan Takaoka.
Yang namanya "rantai orang tua" akan mengikat bagian yang paling sakit, dan kita tidak akan bisa lepas. Jadi berhentilah memaksa dia untuk lepas dari rantai itu.
Setelah sekian lamanya bingung sama nama anak-anak kelas E, akhirnya semua tokoh kelas tersebut diperkenalkan di halaman awal. Ternyata muridnya tidak terlalu banyak. Masih menghibur seperti volume sebelumnya. Oh bahkan membuatku ber-fansgirling dan ketawa gaje sewaktu membaca chapter 'Waktu untuk Ketakutan' Saat itu Koro-sensei mengajak bermain uji nyali dengan niat mencoblangkan para muridnya. Koro-sensei berpikir muridnya itu sudah kuat tapi kurang skandal (cinta). Dalam permainan itu mereka harus pergi ke suatu tempat secara berpasangan. Ternyata niat Koro-sensei mengajak bermain uji nyali adalah untuk mengumpulkan ide cerita roman picisan buatannya. Buatku adegan itu epic banget. Aku nggak bisa berhenti ketawa. Paling greget itu satu pasangan disuruh saling gigit ujung stik pocky alias Pocky Game! Guru macam apa itu?! XD
Terus yang buat aku berfansgirling itu.... Siapa lagi kalau bukan Karasuma x Irina? They're my OTP! (I just know that they're got married hehehe ;3 Seneng banget pas Bu Irina meluk sebelah tangannya Pak Karasuma karena ketakutan. Dan murid-murid kelas 3-E yang melihat mereka kepikiran untuk menjodohkan mereka =) Bu Irina confessed her feeling but Pak Karasuma does not notice her. Yha dia mah manusia paling nggak peka :')
Dan di sini aku semakin menganggumi sosok Koro-sensei sebagai guru itu benar-benar harus menjadi panutan. Dia selalu berusaha menuntun muridnya, menyesuaikan langkah dan kemampuan murid-muridnya. Ia selalu membantu mencari jalan keluar bagaimana caranya agar muridnya bisa memahami ilmu yang diajarkan dengan menyesuaikan hobi dan kebiasaan si murid. Contohnya Takebayashi yang menyukai anime maka agar mudah memahami rumus trigonometri, Koro-sensei membantunya dengan lagu anime yang liriknya diubah menjadi rumus sin tan cos. Seandainya nyata, Koro-sensei akan menjadi guru favoritku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar