azuresekai

06 Maret 2024

Book Review: The Dating Game by Nina Ardianti

The Dating Game

Pengarang: Nina Ardianti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit Buku: 20 Oktober 2022
Tebal Buku: 368 halaman
Beli di Gramedia Slamet Riyadi
Rating: ⭐⭐⭐⭐½










Falling in love is a horrible feeling. It opens up your chest and your heart, and it means that someone can get inside you and mess you up.

Lima tahun lalu, Emma Sjarief bertemu dengan Kemal Arsjad di sebuah acara pertunangan sahabatnya. Pembawaan Kemal yang percaya diri dan ramah membuat Emma nyaman terlibat percakapan. Dari percakapan kecil yang dibangun, keduanya semakin akrab dan mulai intens berhubungan. Baik Kemal dan Emma saling terpikat satu sama lain tanpa dapat disembunyikan. Semuanya berjalan lancar dan memang sudah seharusnya begitu. Mengingat, Kemal bahkan sudah mengajak Emma pergi bersama keluarganya untuk melihat pertandingan adik bungsunya. Namun, semua momen indah itu dihancurkan oleh Kemal dengan sebuah kalimat yang menginjak harga diri Emma. Sejak saat itu, Emma memutuskan untuk menjaga jarak dari Kemal dan tidak mau berurusan lagi dengannya. Setelah 5 tahun berlalu, Emma kembali dipertemukan dengan Kemal di suatu kesempatan yang tidak bisa terhindarkan. Pertemuan tiba-tiba itu mengharuskan Emma terus bersama Kemal. Tembok tinggi yang sengaja dibangun Emma mulai retak. Emma tidak bisa membohongi perasaannya sendiri dan ia harus siap merasakan patah hati kedua kali.

Sometimes the only person that can make you feel better is the same person that broke your heart.

Karya kak Nina Ardianti kedua yang pernah aku baca ini masih satu universe dengan novel sebelumnya yang berjudul Restart. Jika di novel Restart, tokoh laki-laki utamanya adalah adiknya Kemal, maka di novel ini giliran Kemal yang muncul. Novel The Dating Game mengambil tema second chance romance yang ditulis melalui sudut pandang Emma dan Kemal secara bergantian. Penggunaan sudut pandang pertama tiap tokoh utama membuat pembaca bisa mengerti perasaan dan pergolakan batin yang dialami keduanya. Kisah cinta Emma diawali dengan pertemuan tidak disengaja di acara pertunangan sahabat semasa kuliahnya. Pertemuan itu menciptakan chemistry yang tidak biasa hingga keduanya sering menghabiskan waktu berdua. Percikan perasaan pun mulai terlihat. Sayang, kebahagiaan bersama itu tidak terwujud karena satu kalimat sadis yang dilontarkan Kemal kepada Emma dan berakhir sudah hubungan keduanya tanpa sempat dimulai. Selang 5 tahun berlalu, Emma kembali bertemu dengan Kemal di Portugal saat berlibur bersama teman-temannya. Selama liburan bersama itu Emma berusaha tidak terperangkap oleh pesona Kemal yang sulit ditolak. Hati Emma selalu mengingatkan untuk tidak jatuh kedua kalinya.

In reality, people mess up, Ems. Jangan biarkan satu kesalahan seseorang menghilangkan kesempatan lo untuk bahagia. Sometimes good people make a bad choice, a terrible one. Tapi bukan berarti mereka harus dihukum seumur hidup atau niatnya selalu jahat ke elo. People make mistakes. We're human, after all.

Novel ini secara garis besar menceritakan percakapan Emma dan Kemal setelah perang dingin 5 tahun lalu. Emma, perempuan yang cerdas dan pandai bicara itu berusaha melindungi hatinya dengan sering membalas sarkasme saat Kemal mengatakan hal-hal yang kemungkinan besar bisa membuatnya jatuh cinta lagi. Usaha Emma sangat bisa kupahami karena Emma tidak bisa percaya dan tidak mau berekspektasi berlebihan seperti dulu dan akhirnya sakit hati lagi. Sementara itu, Kemal-nya memang sedang berusaha mendapatkan kepercayaan Emma lagi. sekaligus menyelesaikan masa lalunya Penyelesaian konflik dan perkembangan hubungan Emma dan Kemal ini terbilang agak lambat. Namun, perlahan keduanya mampu menyembuhkan luka hati masing-masing. Kehadiran tokoh lain yang menjadi pemicu konflik agaknya tidak memberi pengaruh apa-apa di dalam hubungan Emma dan Kemal. Rasanya tidak ada tokoh ini pun tidak ada bedanya. Saat Kemal menyampaikan alasan ia mengatakan hal sadis ke Emma dulu pun kurang mengena.

Meskipun begitu, aku suka sekali dengan buku ini. Bahkan jadi salah satu buku yang akan kubaca ulang tiap tahun karena interaksi dan chemistry Emma & Kemal menembus dunia nyata saking kuatnya. Segala macam pick up line cheesy-nya Kemal membuatku ikut senyum-senyum salting. Aku juga suka dengan kedua tokoh utama karena Kemal is stunning and charming. No one can't resist Kemal's charm, I thought. Same goes to Emma, perempuan yang karirnya cemerlang, cerdas, bervalue tinggi serta tahu apa yang ia mau. Adegan favorit dan memorable buatku adalah saat adegan klarifikasi dan negosiasi antara Emma dan Kemal mengenai proyek pekerjaan mereka. Di adegan itu, Emma dan Kemal sangat terlihat profesional dan smart. Perdebatan soal negosiasi antara mereka berdua sangat menarik dan menghibur. Terlebih perkataan Kemal soal "Percayalah, dengan saya, rasanya akan beda" itu damage-nya parah! Tidak lupa adegan romantis yang cukup bikin kipas-kipas, tapi tidak berlebihan.

Terakhir, aku sangat merekomendasikan novel ini buat yang suka tema ala-ala office romance dan second chance love. Ceritanya dikemas dengan ringan dan menarik. Jalan ceritanya juga mudah ditebak dan alurnya sederhana. The Dating Game memberikan sebuah pemahaman bahwa menyelesaikan masa lalu dengan orang yang lama, sebelum menjalin hubungan dengan orang baru agar beban masa lalu tidak terbawa itu penting. Kesempatan kedua bisa diberikan kepada orang yang telah menyakiti, asal sudah benar-benar menyadari kesalahan dan tidak mau mengulangnya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar