azuresekai

10 Januari 2024

Book Review: The Strange Playlist by Aqessa Aninda

kover novel the strange playlist

The Strange Playlist

Pengarang: Aqessa Aninda
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit buku: 3 Agustus 2022
Tebal buku: 304 halaman
Baca di Gramedia Digital

Rating: ⭐⭐⭐⭐⭐





There's always one person that left too much memories in your life and you can't just erase it.
Ketika Lasha sedang menuju halte dekat kantornya, ia melihat sosok laki-laki yang pernah menjadi bagian hidupnya di masa lalu sedang menunggunya dalam diam. Laki-laki yang bernama Raeshangga Rashid itu duduk di sebuah kursi halte dan mengamatinya dalam diam. Lasha sebetulnya tahu ia sedang diamati, tapi apa yang harus dipedulikan Lasha? Fakta bahwa hubungan mereka telah berakhir tidak dapat diubah lagi. Lasha pun mengacuhkan Raeshangga dan menganggapnya tidak ada. Bukan hanya di hari itu saja, Lasha hampir setiap hari berpapasan dengan Raeshangga dan Lasha selalu mengacuhkannya.
Hal paling sulit adalah mengakui kesalahan, kelemahan, kebodohan diri sendiri, dan memaafkannya.
Sampai di satu hari, Raeshangga menunggu kedatangan Lasha di halte yang sama. Kali ini Raeshangga tidak diam saja, ia justru memanggil nama panjang Lasha dengan lantang di depan orang banyak. Hal itu pun memicu kehebohan dan menarik perhatian. Lasha jadi merasa malu karena kelakuan norak Raeshangga. Tindakan Raeshangga tidak sekedar iseng belaka karena sebenarnya ia mau mengajak Lasha ngobrol berdua setelah sekian lama. Akhirnya Lasha terpaksa mengiyakan ajakan Raeshangga dan kesempatan itu tidak disia-siakan Raeshangga untuk menyampaikan rencana masa depan barunya. Pertemuan ini ternyata berdampak besar terhadap diri Lasha hingga ia ingin mengubah masa lalunya.
Las, aku nggak tahu kita ke depannya gimana. Aku juga nggak bisa janjiin apa-apa sekarang. But for now, I just want you to know that, aku mungkin manusia paling gombal yang nyampah buat kamu, but I don't do bullshit to you.

The Strange Playlist adalah karya terbaru dari Aqessa Aninda setelah sekian lama. Novel ini pertama kali muncul di platform Wattpad di tahun 2016 dan sempat mengalami beberapa revisi serta perubahan judul. Saat pertama membaca di platform tersebut, aku sudah tidak sabar kelanjutan ceritanya dan akhirnya novel ini terbit juga dalam bentuk fisik. The Strange Playlist ini ceritanya masih satu universe sama novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit yang mengusung kehidupan kantor di perkotaan Jakarta. Namun, kali ini tema yang diangkat adalah second chance dengan sentuhan fantasi. Cerita pada novel ini lebih berfokus pada kehidupan Lasha pasca putus dengan Raeshangga sehingga hiruk pikuk pekerjaannya tidak terlalu menonjol seperti buku SKDPL.
Kamu manusia, kamu nggak perlu sempurna. Nggak apa-apa kalau nggak jadi keren, nggak apa-apa juga kalau nggak punya banyak teman. Semua ada konsekuensinya dan semua bisa bikin kamu bahagia. Kamu hanya perlu memilih, mau jadi seperti apa kamu.
Cerita dimulai dari Lasha yang sudah menjalin hubungan dengan Raeshangga selama 7 tahun, dan putus sampai hilang kontak 3 tahun. Pasca putus, Lasha berusaha fokus pada diri sendiri. Namun, tiba-tiba Raeshangga datang menceritakan rencana dan cita-cita barunya. Pertemuannnya dengan Raeshangga tersebut membuat Lasha marah dan ia pun ingin memutar balik waktu untuk mengulang keputusan yang pernah ia buat. Aku pribadi merasa berempati dan relate dengan ide second chance yang dialami Lasha karena aku pun sebagai pembaca juga pernah berandai-andai jika menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda dengan yang sekarang. Kesempatan inilah yang didapatkan Lasha dan ia berusaha mengubah semuanya. Dari pengalaman Lasha ini, penulis ingin menunjukkan bahwa apapun keputusan yang kita ambil, tidak hanya berpengaruh pada diri kita saja, tapi juga hidup orang lain.

Konflik yang dibangun terasa kompleks karena penyebabnya bukan hanya ego kedua tokoh utama, tapi juga pengaruh lingkungan. Hal ini menjadikan konflik yang berjalan terasa cukup rumit dan terbelit-belit. Menurutku konfliknya Lasha dan Raeshangga ini cukup sering dialami oleh pasangan seumuran. Ketika salah satu pasangan tidak berprogres dalam hal apapun, padahal ada kewajiban dan masa depan membuat pasangan jadi ragu dengan pilihannya. Sejujurnya, aku sempat merasa bosan dan tersendat-sendat saat membaca bab-bab awal karena alurnya cenderung lamban. Namun, begitu memasuki bab pertengahan ke belakang, ceritanya semakin seru. Hubungan Lasha dan Raeshangga di masa kesempatan kedua ini ternyata berbeda sekali dengan kenyataan. Aku bahkan ikutan sedih ketika keputusan berbeda yang diambil Lasha ternyata juga mengubah nasib Raeshangga. Penulis menggambarkan fase hidup Lasha dan Raeshangga dengan alur kombinasi, masa depan dan masa lalu secara bergantian. Meskipun sudah ada deskripsi tahun yang dialami Lasha, ada satu bab yang membuatku bingung. 

Novel ini memiliki cukup banyak karakter yang saling berhubungan. Lasha dan Raeshangga yang menjadi tokoh utama, lalu ada pula keluarga keduanya dan Geng Fogging dari kantor Lasha yang memeriahkan suasana. Aku suka dengan karakter Raeshangga yang digambarkan sebagai sosok laki-laki biasa, tidak ambisius, tengil, jahil, suka bercanda, tapi dia juga orang yang penuh empati, penyayang, dan mau bekerja keras mewujudkan mimpinya. Cara Lasha mendeskripsikan sosok Rangga yang penuh perhatian dan tidak judmental saat diajak bicara bikin aku jauh hati, walaupun dia tokoh fiksi😂 Sebaliknya, aku agak kurang suka dengan Lasha karena kerumitan pikirannya karena pikirannya yang rumit itu, aku jadi kesulitan memahami maksud hati Lasha yang sebenarnyaTapi, dibalik itu, aku merasa terhubung dengan sikap Lasha yang sulit memaafkan dirinya sendiri atas hal-hal yang belum ia capai. Meski begitu, Lasha punya kelebihan selalu tahu apa yang dia mau, ambisius, dan selalu punya back up plan. Aku juga suka dengan kehadiran Geng Fogging yang suka nyeletuk aneh-aneh, tapi menghibur. 

Adegan favoritku adalah saat Raeshangga dengan penuh perhatian menunggu Lasha di rumah sakit dan menyatakan niatnya kepada orang tua Lasha. Selain itu, semua adegan yang ada Geng Foggingnya selalu memberi hiburan dengan bercandaan absurdnya. Aku merasa nyaman dengan gaya kepenulisan Kak Aqessa yang runtut dan mengalir. Penggunaan bahasa sehari-hari di dalam percakapan tiap tokohnya terasa pas, tidak berlebihan, dan rasanya aku seperti melihat secara langsung tokoh-tokohnya saling berinteraksi. Kekurangan dari novel ini adalah ada beberapa kesalahan penulisan dan kata-kata yang terbalik. Hal ini sempat bikin aku kebingungan, tapi tidak terlalu mengganggu jalan cerita, kok.

After all, aku sangat menikmati final version dari novel yang sudah aku tunggu-tunggu. Membaca The Strange Playlist membuatku menyadari bahwa ada konsekuensi tersendiri yang harus kita tanggung jika kita berusaha mengubah masa lalu. Instead of, ingin mengubah masa lalu, lebih baik kita mengusahakan masa depan. Kalau pun belum bisa atau gagal mencapai impian, jangan terlalu keras sama diri sendiri. Coba belajar memaafkan dirimu 😉⭐

Tidak ada komentar:

Posting Komentar